Tahap Demi Tahap Dalam Proses Merancang Busana
1. Riset & Inspirasi (Moodboard)
Dimulai dengan riset tren, gaya, dan konsep warna sebagai pijakan desain. Desainer mengumpulkan referensi mulai dari foto, tekstur kain, hingga suasana visual untuk membentuk moodboard yang menjadi panduan estetika dan filosofi koleksi.
2. Sketsa Awal (Design Sketching)
Tahap ini berfungsi sebagai eksplorasi visual ide:
-
Buat sketsa kasar (croquis) untuk menyusun siluet dan pose tubuh model.
-
Kembangkan menjadi sketsa lebih detail dengan tekstur kain, lipatan, dan aksesoris.
3. Gambar Kerja / Produksi (Technical Sketch / Production Sketch)
Setelah ide visual matang, gambar diolah menjadi gambar kerja:
-
Menampilkan pandangan depan dan belakang, lengkap dengan detail jahitan, saku, kancing, hingga resleting.
Disertai dengan lembar produksi (worksheet) yang mencantumkan ukuran, jumlah, jenis bahan, hingga kode produksi.
Setelah ide desain dituangkan dalam bentuk sketsa kreatif, langkah selanjutnya adalah membuat gambar kerja—atau dikenal juga sebagai technical sketch. Ini adalah representasi visual yang bersifat teknis, digunakan oleh penjahit, pembuat pola, hingga bagian produksi untuk memahami detail konstruksi busana secara tepat.
Ciri Khas Gambar Kerja Busana:
-
Digambar datar (flat drawing), bukan dalam bentuk ilustrasi model.
-
Menunjukkan tampak depan dan belakang dari pakaian.
-
Mencantumkan garis potong, jahitan, lipit, kerah, manset, saku, hingga penempatan kancing atau ritsleting.
-
Kadang disertai dengan ukuran teknis dan catatan khusus seperti jenis kain, arah serat, atau teknik jahit tertentu.
Fungsi Utama Gambar Kerja:
-
Sebagai panduan produksi bagi tim teknis dan penjahit.
-
Memastikan desain dapat diwujudkan secara fungsional dan presisi.
-
Menjadi bagian dari Tech Pack (paket teknis produksi) di industri fashion.
-
Digunakan dalam proses pembuatan pola, fitting, dan kontrol kualitas.
Contoh Informasi yang Dicantumkan:
Komponen | Deskripsi |
---|---|
Kerah | Model datar, tegak, Shanghai, dll. |
Lengan | Panjang, raglan, puff, dll. |
Detail permukaan | Kerutan, smok, bordir, dll. |
Penutup pakaian | Kancing depan, resleting belakang |
Aksen tambahan | Tali pinggang, lipit, pita |
Gambar kerja menjadi jembatan antara ide kreatif desainer dan produk nyata yang bisa diwujudkan secara teknis. Tanpa gambar kerja yang jelas, komunikasi antar tim produksi bisa meleset dan hasil akhir tidak sesuai harapan.
4. Pemilihan Bahan
Tahap pemilihan bahan merupakan langkah penting dalam proses merancang busana. Bahan yang tepat akan menentukan kenyamanan, keindahan, kekuatan struktur, dan karakter visual dari pakaian yang dirancang.
Faktor yang Dipertimbangkan Saat Memilih Bahan:
-
Jenis Kain
-
Contoh: katun, linen, sifon, satin, denim, wool, jersey
-
Setiap jenis kain memiliki karakteristik berbeda dalam hal jatuh kain, tekstur, dan daya tahan.
-
-
Tekstur dan Berat Kain
-
Kain berat cocok untuk busana struktur (seperti blazer).
-
Kain ringan cocok untuk busana flowy seperti gaun atau tunik.
-
-
Warna dan Motif
-
Warna harus sesuai dengan tema koleksi atau konsep desain.
-
Motif kain bisa memperkuat estetika (misalnya floral untuk kesan feminin, geometris untuk modern).
-
-
Kesesuaian dengan Desain
-
Tidak semua bahan cocok untuk semua model pakaian. Misalnya, bahan elastis untuk pakaian aktif, bahan lembut untuk busana santai.
-
-
Ketersediaan dan Harga
-
Faktor produksi massal memerlukan bahan yang mudah ditemukan dan efisien dari sisi biaya.
-
Contoh Penggunaan Bahan Sesuai Desain:
Jenis Busana | Bahan yang Cocok |
---|---|
Gaun malam elegan | Satin, sutra, organza |
Baju santai harian | Katun, rayon, jersey |
Jas formal | Wool, drill, polyester tebal |
Busana muslimah | Sifon, crepe, silk |
Pakaian olahraga | Spandex, dry-fit, polyester |
Sebelum memproduksi massal, desainer biasanya mengumpulkan swatch (potongan kecil kain) untuk menguji:
-
Warna di bawah pencahayaan berbeda
-
Reaksi terhadap pencucian
-
Kombinasi warna dan tekstur antar bagian busana
Bahan bukan sekadar kain melainkan pondasi kenyamanan dan karakter busana:
-
Desainer mempertimbangkan warna, tekstur, berat, serta fleksibilitas kain sesuai desain.
-
Swatch atau contoh kain dicari untuk memastikan kesesuaian warna dan nuansa.
5. Pembuatan Pola (Pattern Making)
Setelah gambar kerja dan pemilihan bahan selesai, langkah penting selanjutnya dalam proses merancang busana adalah pembuatan pola atau pattern making. Pola adalah cetakan atau blueprint dari setiap bagian pakaian yang akan dipotong dan dijahit.
Tujuan Pembuatan Pola:
-
Menerjemahkan desain 2D (sketsa) menjadi bentuk 3D (busana jadi)
-
Menjamin ukuran, bentuk, dan proporsi pakaian sesuai tubuh
-
Mempermudah produksi, baik dalam skala kecil maupun besar
Jenis Teknik Pembuatan Pola:
-
Flat Pattern Drafting (Pola Rata)
-
Dibuat dengan cara menggambar pola dasar menggunakan rumus ukuran tubuh (manual atau digital)
-
Pola dasar ini kemudian dimodifikasi sesuai desain busana
-
Cocok untuk produksi massal dan akurat
-
-
Draping (Pola Jatuh)
-
Kain ditempel dan dibentuk langsung di atas mannequin atau dress form
-
Memberikan efek jatuhan alami dan cocok untuk desain asimetris atau gaun flowy
-
Biasanya digunakan oleh desainer haute couture
-
-
Digital Pattern Making
-
Menggunakan software seperti Optitex, CLO3D, atau Adobe Illustrator (fashion template)
-
Lebih cepat dan presisi, terutama untuk industri fashion modern
-
Langkah-Langkah Dasar Membuat Pola:
-
Ambil ukuran tubuh (lingkar dada, pinggang, pinggul, panjang bahu, dll)
-
Buat pola dasar (sloper) berdasarkan ukuran
-
Modifikasi pola sesuai model desain (misalnya menambahkan kerah, lengan, rok, dll)
-
Tambahkan kampuh/jahitan, lipatan, dan tanda potong
-
Uji pola dengan membuat toile (sampel dari kain murah)
Komponen Pola yang Umum Dibuat:
Jenis Pola | Fungsi |
---|---|
Pola badan depan | Bagian utama atasan/baju |
Pola badan belakang | Bagian belakang pakaian |
Pola lengan | Bentuk dasar lengan panjang/pendek |
Pola kerah | Model kerah datar, berdiri, V-neck, dll |
Pola rok/celana | Bagian bawah dari pakaian lengkap |
Tips Profesional:
-
Gunakan kertas pola khusus atau karton tipis untuk presisi
-
Tandai semua grainline (arah serat) dan tanda notching
-
Simpan dan arsipkan pola yang sudah jadi untuk produksi ulang
Tiga tahapan pola umum dalam industri fashion:
-
Pola dasar atau sloper dibuat (baik manual maupun digital).
-
Teknik flat pattern drafting atau draping digunakan untuk membentuk pola sesuai desain.
-
Grading pola dilakukan jika diperlukan berbagai ukuran.
6. Sampling & Prototipe (Muslin Toile)
Setelah pola selesai dibuat, langkah berikutnya adalah membuat sampling atau prototipe. Ini adalah tahap uji coba untuk melihat bagaimana desain akan terlihat dan berfungsi saat dikenakan, sebelum masuk ke proses produksi sebenarnya.
Apa Itu Sampling / Toile?
-
Toile (baca: twal) adalah sampel busana yang dijahit menggunakan kain murah (biasanya muslin)
-
Digunakan untuk mengevaluasi fit, siluet, dan konstruksi teknis dari desain
-
Jika ditemukan kekurangan, desainer bisa mengoreksi pola atau detail sebelum potong kain asli
Tujuan Pembuatan Prototipe:
-
Menghindari kesalahan saat produksi
-
Menghemat biaya (tidak langsung pakai kain mahal)
-
Menguji kenyamanan, jatuh kain, dan struktur busana
-
Memastikan pola sudah benar sesuai desain awal
Langkah-Langkah Pembuatan Sampling:
-
Potong kain muslin berdasarkan pola yang telah dibuat
-
Jahit prototipe secara rapi, ikuti semua garis potong, jahitan, dan bentuk
-
Pasangkan ke mannequin atau model asli untuk uji coba fitting
-
Evaluasi:
-
Apakah ukurannya pas?
-
Apakah siluetnya sesuai?
-
Apakah ada bagian yang mengganjal saat dipakai?
-
-
Perbaiki pola jika diperlukan, lalu ulangi toile jika revisi besar
Istilah Lain dalam Dunia Fashion:
Istilah | Arti |
---|---|
Muslin | Kain tipis murah untuk uji coba desain |
Toile | Prototipe dari muslin (versi Inggris/Prancis) |
Fit Sample | Sampel untuk uji kesesuaian ukuran dan bentuk |
First Sample | Sampel awal sebelum produksi massal |
💡 Tips Penting:
-
Gunakan warna terang (putih atau krem) untuk mudah melihat garis jahit
-
Tandai bagian penting pada muslin seperti lingkar pinggang, panggul, dan garis dada
-
Dokumentasikan hasil fitting untuk bahan evaluasi pola
Sebelum potong kain aslinya:
-
Gunakan kain murah seperti muslin untuk membuat prototipe awal (toile/sample).
-
Evaluasi fitting—apakah busana pas, nyaman, dan sesuai desain?
-
Pola disempurnakan berdasarkan hasil fitting.
7. Produksi (Cut & Sew)
Setelah desain, pola, dan sampling disetujui, proses merancang busana berlanjut ke tahap inti: Produksi atau dikenal dengan istilah Cut and Sew. Di sinilah busana benar-benar mulai diwujudkan secara fisik dalam jumlah yang diinginkan, baik untuk koleksi terbatas maupun produksi massal.
1. Marker Making (Penyusunan Pola di Atas Kain)
Sebelum memotong kain, semua bagian pola disusun dalam layout hemat kain, disebut marker.
-
Tujuannya untuk mengoptimalkan penggunaan bahan dan mengurangi limbah
-
Dilakukan secara manual atau dengan bantuan software CAD (Computer-Aided Design)
-
Harus memperhatikan arah serat kain (grainline), motif, dan simetri
2. Pemotongan Kain (Cutting)
-
Kain dilipat atau ditumpuk beberapa lapis sesuai kebutuhan
-
Alat potong yang digunakan bisa berupa gunting industri, pisau potong listrik, atau mesin otomatis
-
Potongan diberi label ukuran dan bagian (depan, belakang, lengan, dll)
3. Penjahitan (Sewing)
-
Potongan kain dijahit menjadi bentuk pakaian sesuai urutan konstruksi
-
Mesin jahit industri digunakan, tergantung jenis kain dan model
-
Bagian-bagian seperti kerah, lengan, manset, dan aksen dijahit dengan hati-hati agar sesuai desain
-
Proses ini bisa melibatkan beberapa bagian: operator jahit, overlock, dan pressman
4. Finishing (Penyempurnaan Akhir)
-
Pembersihan benang sisa
-
Pemasangan kancing, resleting, label merek, dan aksesoris
-
Penyetrikaan uap agar pakaian tampak rapi dan siap inspeksi
-
Pengecekan hasil akhir agar sesuai standar kualitas
5. Quality Control (QC)
-
Busana dicek satu per satu untuk memastikan tidak ada cacat jahit, pola, maupun ukuran
-
Jika ditemukan kesalahan, produk bisa diperbaiki (rework) atau bahkan ditolak (reject)
6. Pengemasan dan Distribusi
-
Produk dikemas menggunakan hanger atau lipatan rapi
-
Diberi plastik pelindung atau box eksklusif, tergantung tujuan distribusi (butik, toko, e-commerce)
-
Siap dikirim ke klien, reseller, atau dipajang di etalase
Setelah pola final disetujui:
-
Marker making: menata pola di atas kain untuk efisiensi dan meminimalkan limbah.
-
Pemotongan kain: manual atau mesin pemotong digunakan sesuai marker.
-
Penjahitan dan finishing: potongan kain dijahit, detail dikompletes (kancing, resleting), dan dilakukan quality control.
Tabel Ringkasan Tahapan
Tahap | Fokus Utama |
---|---|
Riset & Inspirasi | Moodboard dan referensi visual |
Sketsa Awal | Croquis & siluet |
Gambar Kerja | Detil teknis dan lembar produksi |
Pemilihan Bahan | Tekstur, warna, dan swatch kain |
Pola | Drafting dan grading pola |
Sampling / Prototipe | Fitting dan revisi pola menggunakan kain murah |
Produksi (Cut & Sew) | Marker, potong kain, jahit, dan finishing |
QC & Distribusi | Pemeriksaan akhir, label, dan packaging |
Tips Hemat Bahan Saat Produksi Busana
-
Gunakan Marker Making Efisien
-
Susun pola di atas kain serapat mungkin sesuai arah serat (grainline).
-
Gunakan software seperti Optitex atau Gemini CAD (atau secara manual dengan uji susun pola sebelum dipotong).
-
-
Ukuran Multifungsi
-
Buat desain yang bisa fleksibel untuk beberapa ukuran (oversize, tali serut, kancing adjustable) agar stok tak banyak ukuran.
-
-
Manfaatkan Sisa Kain
-
Potongan kecil bisa dijadikan aksesoris, aplikasi, masker kain, atau pouch.
-
-
Pilih Bahan yang Mudah Dijahit
-
Bahan seperti katun lebih hemat tenaga kerja karena lebih mudah dijahit dan presisi potongnya tinggi.
-
-
Produksi Pre-Order / Made to Order
-
Hindari kelebihan stok dengan sistem produksi sesuai pesanan.
-
Pemilihan Peralatan Dasar untuk Pemula
Alat | Fungsi dan Saran Beli |
---|---|
Mesin jahit portable | Gunakan tipe multifungsi (jahitan lurus & zigzag) |
Gunting kain tajam | Jangan dipakai untuk kertas agar tetap presisi |
Penggaris pola | Gunakan set L, lengkung, dan penggaris panjang |
Alat potong kecil | Cutter benang, seam ripper |
Set jarum & benang | Pilih sesuai jenis kain dan warna dominan |
Meteran jahit | Untuk ukur tubuh dan pola |
Alat penanda kain | Pensil kain / chalk penanda |
Setrika uap kecil | Untuk finishing dan pressing jahitan |
📌 Tips hemat: beli alat secara bertahap sesuai kebutuhan proyek, tidak perlu langsung lengkap semua.
Checklist Produksi Sederhana (Pra- hingga Pascaproduksi)
Pra-produksi
-
Sketsa final disetujui
-
Pola lengkap & sudah dicoba (toile)
-
Kain & bahan pendukung tersedia
-
Peralatan dijalankan dengan baik
-
Daftar ukuran & jumlah item disusun
Produksi
-
Marker kain sudah disusun
-
Potongan kain diberi label
-
Jahitan sesuai urutan teknis
-
QC jahitan dan fitting dilakukan
-
Finishing detail (label, kancing, dsb)
Pasca-produksi
-
Produk disetrika & dibersihkan
-
Label merek dan ukuran terpasang
-
Dikemas rapi (plastik, box, hanger)
-
Siap kirim atau distribusi toko
Kesimpulan
Merancang busana adalah perjalanan panjang dimulai dari ide kreatif hingga produk nyata yang diapresiasi publik. Setiap tahap memegang peranan krusial: riset menentukan visi, sketsa memperjelas konsep, pola dan sampling menjembatani desain ke bentuk nyata, sementara finishing memastikan kualitas dan daya tarik produk.