Istilah Dalam Kerajinan Busana, Bordir, Definisi Bordir, Sejarah Bordir, Ragam Hias

Istilah Bordir (Sulam)

Istilah bordir identik dengan menyulam karena kata "bordir" diambil dari istilah Inggris embroidery (im-broide) yang artinya sulaman. Pengerjaan kerajinan hias ini sangat sederhana, berawal hanya dengan bantuan alat berupa jarum dan benang. Dengan menggunakan jari jemari tangan, kedua alat ini ditusuk-tusukan pada kain, lalu muncullah berbagai istilah jenis tusuk, yang pada akhirnya disebut dengan istilah sulam.

Dengan berkembangnya teknologi, pengerjaan bordir ini meningkat dengan memakai alat bantu berupa mesin jahit (mesin bordir), sehingga hasil pekerjaannya menjadi lebih baik. Bahkan kini sudah banyak diproduksi mesin jahit bordir pengembangan dari komputer (bordir komputer). Sejak saat itu, orang Indonesia mulai menggunakan istilah populer dengan istilah border (bordir). Tetapi sampai sekarang masyarakat Indonesia ada juga yang masih membedakan antara sulam dan bordir, meski istilah ini sama.



Definisi Bordir

Istilah bordir lebih populer di Indonesia daripada sulam, sehingga orang mendefinisikan bordir sebagai salah satu kerajinan ragam hias (untuk aksesoris berbagai busana) yang menitikberatkan pada keindahan dan komposisi warna benang pada medium berbagai kain, dengan alat bantu mesin jahit (mesin jahit bordir) atau mesin jahit bordir komputer.

Sejarah Bordir


Keterampilan ragam hias bordir ini sudah sejak lama dikenal di Indonesia, tepatnya kurang jelas, tetapi sudah ada sekitar abad ke-18 Masehi, bahkan pada awal abad ke-16. Sulaman motif mutiara sudah populer di Jepang. Pada waktu itu bordir diperkenalkan oleh pendatang dari Negeri Cina dan dilanjutkan oleh bangsa India, yang datang dengan tujuan misi berdagang. Keterampilan ini diperkenalkan hampir ke seluruh pelosok nusantara.

Ragam hias bordir ketika itu hanya diperuntukkan sebagai inisial kerajaan dan untuk menghias busana para bangsawan dan kaum ningrat.
Pengrajin Bordir Masih Tergolong Sedikit
Pengrajin bordir masih tergolong sedikit jumlahnya. Daerah yang sampai kini masih terdapat banyak pengrajin bordir antara lain Sumatera, Jawa, Madura, dan Bali. Kita perlu maklum dan menyadari bahwa regenerasi pengrajin bordir ini sangat lambat, karena walaupun bidang keterampilan ini sangat sederhana dan mudah dipelajari, tetapi membutuhkan ekstra konsentrasi, semangat, kesabaran, niat, dan minat yang kuat dari seorang pemordir.

Ragam Hias Seni Bordir Makin Marak


Penggemar seni bordir di Indonesia kini makin mara, seiring dengan meningkatnya kaum pengusaha dan pengrajin bordir. Terbukti di Jabodetabek makin berkembang pesat jumlah pengrajin dan pengusaha seni bordir ini. Para pengrajinnya selain penduduk setempat, juga ada yang berasal dari daerah Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu, Kudus, Pamekasan, padang, Bukittinggi dan Pekanbaru.

Siapa saja yang Bisa mempelajari Keterampilan Seni Bordir?

Seperti keterampilan lainnya, keterampilan dan kerajinan seni bordir ini dapat dipelajari dengan mudah oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, pria dan wanita, yang terpenting memiliki niat minat dan berusaha keras untuk bisa membordir. Karena keterampilan ragam hias seni bordir ini merupakan salah satu keterampilan yang erat kaitannya dengan seni rupa, diperlukan praktek dan latihan yang terus-menerus, terutama bagi yang memiliki bakat seni.

Tahap Pembuatan Keterampilan Ragam Hias Seni Bordir

Tahap pekerjaannya secara garis besar dapat dibagi menjadi delapan bagian, dari mulai penyediaan bahan dan alat-alat sampai menjadi karya bordir. Tahap-tahap tersebut adalah :
1. Menyediakan dan menyiapkan alat-alat (bahan-bahan) yang diperlukan untuk membordir.
2. Menyiapkan dan membuat desain motif untuk diaplikasi bordir.
3. Memindahkan atau menjiplak desain motif pada medium (kain) yang hendak dibordir.
4. Memasang kain yang sudah diberi motif pada ring (pembidangan).
5. Memilih, menentukan, memasang benang bordir pada mesin bordir.
6. Memeriksa dan menggerakan mesin bordir yang hendak kita pakai untuk membordir.
7. Menyelesaikan pekerjaan Akhir :
- Membuat krancang dengan alat solder, apabila krancangnya tidak dibuat langsung dengan mesin bordir.
- Membersihkan sisa-sisa benang bordir yang melekat di balik permukaan kain yang sudah dibordir.
- Merendam, menjemur, dan menyetrika hasil bordiran.

Bordir Berkaitan Erat dengan Desain Motif

Hampir semua keterampilan ragam hias perlu didukung oleh desain motif seperti pada batik, keramik, dan porselen. Begitu pula pada keterampilan seni bordir ini yang bahkan sangat dominan diperlukan. Desain motif merupakan penentu nilai artistik sebuah karya seni bordir.

Dengan desain motif, karya seni bordir akan mudah dikerjakan. Seorang pengrajin bordir akan bingung melakukan pekerjaannya, jika ia tidak dibekali dengan desain motif. 

Tata letak dan susunan benang yang serasi juga ditentukan oleh desain motif. Dengan kata lain, keindahan bordir tidak lepas dari andil desain motif. Oleh karena itu, keterampilan seni bordir selalu dituntut untuk aktual, orisinil, dan inovatif.

Aplikasi Seni Bordir


Keterampilan membordir merupakan bagian dari ragam hias. Kegunaannya sudah tentu untuk mempercantik berbabagai busana seperti kebaya, baju kurung, tunik, blus, gamis, blazer, baju pengantin, gaun pesta, baju koko, baju santai, dan kelengkapan kebutuhan yang lainnya. Sentuhan bordir ini mempunyai nilai tambah serta daya tarik tersendiri supaya pakaian itu sedap dipandang mata dan bisa menaikkan gengsi orang yang memakainya.

Dengan perkembangan, kemajuan, dan maraknya dunia mode, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih baik dengan daya kreativitas yang relatif tinggi, aplikasi bordir sekarang bukan saja untuk berbagai busana, tetapi juga untuk perlengkapan seperti taplak meja, seprai, sarung bantal, saputangan, tutup lemari, tutup tivi, tutup alat saja, dan alas seperangkat alat minum. Bahkan hiasan bordirpun sudah banyak diterapkan pada hiasan eksterior dan interior rumah. Misalnya untuk tirai, bantalan kursi, penyekat ruangan, dan hiasan dinding.

Kualitas dan Keindahan Bordir


Secara garis besar kualitas dan keindahan bordir ditentukan oleh:

1. Peralatan


Alat yang digunakan untuk membordir adalah mesin jahit dan mesin bordir komputer. Alat ini merupakan salah satu pendukung untuk menghasilkan karya seni bordir yang baik. Peralatan yang baik akan menghasilkan karya seni bordir yang cantik dan berkualitas.
Mesin jahit (mesin bordir) harus dalam keadaan baik, artinya dapat digunakan dengan layak dan memadai (tidak selalu harus yang bermerk). Jenis pekerjaan ini masih digolongkan manual, walau menggunakan alat bantu mesin jahit (mesin bordir) dan bukan komputer bordir. Penempatan teknik perpaduan benang ke kain atau ke medium yang hendak kita bordir masih didominasi oleh kemahiran dan keterampilan tangan. Sedangkan pada komputer bordir, tangan hanya digunakan sebagai pengendali (operator) saja. Hasil bordir yang memakai alat bantu mesin jahit (mesin bordir) dan komputer bordir itu masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengerjaan secara manual lebih menonjolkan nilai artistik dan kualitasnya lebih bagus dibanding dengan pengerjaan memakai komputer bordir. Tetapi, kalau kita memilih kuantitas, kerapihan, kecepatan, ekonomis, dan produk skala besar, maka komputer bordiran sarananya.

2. Sumberdaya Manusia yang Profesional


Karena seni bordir ini harus aktual, orisinil, inovatif, dan selalu disesuaikan dengan kemajuan dunia mode (agar tidak monoton dan membosankan) sudah tentu diperlukan desainer bordir (motif) dan pembordir (tukang bordir) yang profesional, kreatif, inovatif. 
Perpaduan kerja keduanya (pembordir dengan desainer bordir/motif) akan membuahkan karya bordir yang berkualitas tinggi. Sekarang ini masih banyak pengusaha bordir yang memaksakan tukang bordirnya (pembordir) bekerja rangkap sebagai desainer bordir, bahkan ada juga yang sebaliknya. Dengan cara inipun dapat dihasilkan karya seni bordir, tetapi hasilnya tidak ideal atau tidak efisien. Tukang bordir jarang menguasai ilmu desain secara mendalam. Begitupun desainer bordir yang merangkap sebagai tukang bordir akan terganggu imajinasi dan waktunya bila melakukan pekerjaan lain. Lebih-lebih lagi, jika yang dikerjakan adalah produk massal yang membutuhkan kualitas, kreativitas (nilai seni), dan kuantitas. Tentu saja besar atau kecil gangguan ini akan berpengaruh negatif bagi karya yang dihasilkan.

3. Teknik Pengerjaan Yang Profesional


Peralatan yang baik dan tenaga yang profesional akan menghasilkan proses kerja yang baik dan hasil yang akan memenuhi standar mutu.
  • Hasil yang diperoleh sesuai dalam penempatan dan penuangan teknik-teknik bordir (teknik uter, seret, tutup, garuk, semprot, krancang, dan lainnya) ke atas kain (medium) yang hendak dibordir. Susunan benangnya kencang, rapi dan sesuai pola desain motif.
  • Desain motif bordirnya aktual, orisinal, kreatif dan inovatif.
  • Waktu yang dihasilkan relatif cepat dan tepat.


Selang-Seling

Susunan pengulangan suatu pola selang-seling dalam sebuah desain akan membuatnya lebih menarik. Bentuk-bentuk yang diulang adalah perubahan bentuk desain, ukuran, dan warna desain. Kreasi ini akan bervariasi dan membuat pengaturan lebih menarik.

Pola selang-seling terdiri dari dua jenis penyusunan, yaitu :
1. Penyusunan pola berlawan (counterchange). 
Penyunan pola berlawan diambil dengan perubahan selang-seling gelap dan terang atau positif dan negatif dengan bentuk pengulangan (perubahan dapat dilakukan pada warna dan corak).

2. Penyusunan pola berkelok-kelok/simpangan (interchange). 
Penyusunan pola berkelok-kelok/simpangan ini bisa diubah ke dalam berbagai posisi, ukuran, dan warna, ketika bentuk-bentuk desain tersebut diulang. Ada empat bentuk penyusunan pola simpangan, yaitu :
- Pola Simpangan dalam posisi
- Pola simpangan dalam warna
- Pola simpangan dalam ukuran
- Pola simpangan yang saling melengkapi.

Radiasi
Arti radiasi di sini adalah penyebaran garis. Garis-garis ini diperhatikan secara menyebar ke berbagai arah dan sebuah titik. Titik awalnya dapat jyga di tengah atau berdasarkan sumbu elemen. Maka "radiasi" dapat dikelompokkan menjadi: radiasi dari tengah, radiasi dari sumbu, dan radiasi dari titi.

Motif
Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segitiga, segiempat), garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok (horizontal dan vertikal), garis yang berpilin-pilin dan salin jalin-menjalin, garis yang berfungsi sebagai pecahan (arsiran) yang serasi, garis tegak, miring, dan sebagainya.

Di Indonesia, khususnya di Jawa, Madura, dan Bali, pada bagian-bagian bentuk dasar motif tersebut, masing-masing diberi ciri atau nama yang dipengaruhi atau diambil dari istilah bahasa daerah (terutama dari Jawa), seperti istilah ikal (ulir, ukel, relung), trubusan, angkup, cawen, benangan, simbar, endong, cula, jambul, dan sunggar. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan pada nama bagian-bagian bentuk dasari motif seni ukir. 
Mencipta Gambar (Motif)

Mencipta gambar (motif) adalah pekerjaan menyusun, merangkai, memadukan bentuk-bentuk dasar motif, bentuk berbagai garis dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah bentuk gambar (motif) baru yang indah, bernilai seni, serta orisinal. Untuk dapat menghasilkan daya cipta memuaskan (baik), tidak terlepas dari kaitan "kaidah umum" dan "Kaidah Khusus".
Kaidah Umum
Kaidah umum, yaitu syarat-syarat umum yang harus dimengerti, diketahui, dipahami, dikuasai, dan dilakukan sebelum mencipta gambar (motif), diantaranya :
  • Harus mengetahui dan memahami alat-alat dan fungsi alat dalam pembuatan gambar (motif).
  • Harus mengetahui, memahami, merencana gambar (motif) secara teknis dan sistematis.
  • Harus melakukan berbagai latihan menggambar.


Kaidah Khusus
Kaidah khusus, yaitu syarat-syarat khusus yang harus dimengerti, diketahui, dipahami, dikuasai, dan dilakukan pada saat membuat dan mencipta gambar (motif), seperti :
  • Proporsi, yaitu kesesuaian ukuran antara kondisi luas atau sempitnya ruang gambar dengan besar-kecilnya bentuk gambar (motif) yang hendak diaplikasikan pada medium gambar.
  • Komposisi, yaitu kesesuaian susunan dari barbagai ukuran, macam, dan bentuk dasar motif sehingga tercipta bentuk dan gambar (motif) yang tertat serasi, indah, dan berseni.
  • Nilai seni (estetika), yaitu nilai-nilai yang mengandung keindahan, keserasian, dan semacamnya dengan dukungan berbagai aspek (proporsi dan komposisi) yang terpancar dari sebuah karya seni (gambar motif) yang telah dicipta dan ditata sedemikian rupa.

Postingan Populer