Mengambil Ukuran Badan, Analisis Bentuk Tubuh, Menentukan Bagian-Bagian Tubuh yang Diukur

Kegiatan Mengukur

Mengambil Ukuran Badan

Mengambil ukuran badan merupakan tahap awal dalam pembuatan busana, dan pengambilan ukuran ini harus dilakukan dengan cermat karena ukuran akan menentukan hasil akhir sebuah busana. Proses pengambilan ukuran ini dilakukan setelah memilih atau menentukan model. Badan diukur dengan metode yang dipilih dan disesuaikan dengan model dan bentuk badan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pola dan pecah pola. Untuk dapat mengambil ukuran dengan tepat, perlu diketahui dan dikuasai terlebih dahulu berbagai macam bentuk tubuh manusia, bagian-bagian tubuh yang diukur, serta teknik mengukur dengan berbagai metode.

A. Analisis Bentuk Tubuh

Untuk menampilkan busana yang indah dan serasi dengan bentuk tubuh secara keseluruhan baik model, ukuran dan aksesorinya, maka perlu dipelajari terlebih dahulu dengan cermat berbagai macam bentuk tubuh manusia.
Bentuk tubuh manusia digolongkan menjadi lima macam bentuk tubuh, yaitu normal atau ideal, gemuk pendek, kurus pendek, tinggi gemuk, dan tinggi kurus.

Bentuk tubuh normal atau ideal, dengan tinggi 160 cm sampai 164 cm dapat memakai setiap model yang diinginkan; mulai dari garis rancangan atau desainnya. bahannya maupun aksesorinya. Hal yang terbaik adalah dengan menonjolkan bagian-bagian yang bagus dari bentuk badan serta menyembunyikan bagian-bagian tubuh yang kurang sempurna. (Gambar 1) 


Bentuk tubuh gemuk pendek, dengan tinggi 150 cm sampai 160 cm supaya kelihatan lebih tinggi dan kurus, hal-hal berikut dapat diperhatikan. (Gambar 2)

  1. Rancangan busana sebaiknya memakai garis memanjang atau vertikal, misal garis-garis princess.
  2. Rok agak melebar di bawah, potongan bagian panggul jangan terlalu sempit, lengan licin baik pendek maupun panjang.
  3. Pakailah hiasan atau gamitur busana yang membawa mata bergerak dari atas ke bawah, seperti satu deretan kancing.
  4. Tas. dompet, atau sepatu sebaiknya sewarna atau mendekati warna busana.
  5. Pilihlah bahan yang lemas.
Bentuk badan kurus pendek, dengan tinggi 150 cm sampai 160 cm. Apabila ingin tampak tinggi dan berisi, saran berikut ini dapat diperhatikan. (Gambar 3)
  1. Garis rancangan sebaiknya melebar atau horizontal. misalnya garis hias empire yang memotong badan atas dan bawah, di antara pinggang dan dada.
  2. Busana yang terlalu pas atau terbuat dari bahan strait sebaiknya dihindari karena akan membuat seseorang semakin kurus.
  3. Blus dan rok bawah satu warna.
  4. Pelengkap busana sebaiknya dipilih dengan ukuran kecil atau sedang dengan model sederhana.
  5. Pilih motif bahan kecil-kecil dengan tekstur lembut dan tipis.

Bentuk tubuh tinggi gemuk atau besar, dengan tinggi 165 cm sampai 170 cm, supaya tampak pendek dan kurus dapat memperhatikan hal berikut. (Gambar 4)
  1. Garis rancangan kombinasi antara vertikal dan horizontal dapat dipilih, tetapi harus tetap memperhatikan keseimbangan antara keduanya.
  2. Busana dibuat dengan potongan pas.
  3. Panjang blus dibuat melebihi garis panggul, lengan polos.
  4. Pilih bahan yang halus dengan warna kusam.
  5. Ikat pinggang dan tas model sederhana dengan ukuran sedang.
Bentuk tubuh tinggi kurus, dengan tinggi 165 cm sampai 170 cm. supaya tampak pendek dan berisi dapat memperhatikan hal-hal berikut ini. (Gambar 5)
  1. Rancangan busana dengan garis melebar atau horizontal.
  2. Busana dibuat sedikit longgar, misalnya blouson, gaun berimpel atau folk lore.
  3. Lengan longgar, misal lengan poff, beli, dan cape.
  4. Pilih bahan agak kaku dan bermotif, misal kotak-kotak.
  5. Tas dan ikat pinggang sebaiknya besar dan lebar.
Beberapa contoh dan saran di atas merupakan alternatif jalan keluar dalam pemilihan model, bahan, pelengkap busana maupun aksesori agar orang dapat tampil dengan serasi.
Dalam proses pembuatan busana, khususnya pada pembuatan pola dan pecah pola, orang dengan bentuk tubuh di luar normal (terutama gemuk) dan orang dengan bentuk tubuh menyimpang atau sering disebut displastis memerlukan perlakuan khusus, misalnya untuk orang gemuk pendek, dada berisi, sebaiknya memilih konstruksi pola dengan kup lebar. Orang dengan bentuk badan menyimpang, seperti bahu terlalu miring atau turun, besar dada kiri dan kanan tidak sama, punggung melengkung atau bungkuk, atau panggul terlalu besar memerlukan kecermatan dalam pembuatan polanya supaya penyimpangan-penyimpangan yang ada dapat tertutup. Contoh: ben*"k bahu miring atau turun supaya tampak sedikit terangkat dan mendekati bentuk bahu ideal, pada bagian ini pola tetap dibuat dengan bentuk bahu standar yang ideal, kemudian diberi pengisi bentuk atau lazim disebut pading.

B. Menentukan Bagian-Bagian Tubuh yang Diukur

Untuk menggambar pola konstruksi dengan sistem atau metode apa pun yang dipilih memerlukan berbagai macam ukuran badan. Jenis ukuran yang diperlukan serta cara mengambil ukuran pada setiap sistem atau metode konstruksi pola busana, mempunyai kekhususan masing-masing. Bagian-bagian badan atau tubuh yang diukur, antara lain, badan atas dari pinggang ke atas, badan bawah dari pinggang ke bawah, dan lengan.

Ukuran badan yang diambil dengan cara melingkarkan pita ukuran pada badan antara lain lingkar leher, badan, pinggang panggul, kerung lengan, pangkal lengan. dan lingkar bawah lengan. Ukuran badan yang diambil dengan merentangkan pita ukuran memanjang atau vertikal dari atas ke bawah atau sebaliknya, antara lain, panjang dada, panjang punggung, panjang sisi, rok. blus, lengan, tinggi dada, tinggi panggul, dan tinggi duduk. Ukuran badan yang diambil dengan merentangkan pita ukuran melebar atau horizontal dari kiri ke kanan atau sebaliknya adalah lebar bahu, lebar dada, dan lebar punggung. Adapun ukuran yang diambil dengan merentangkan pita ukuran menyerong atau diagonal adalah ukuran uji atau ukuran kontrol.

C. Teknik Mengukur


Dalam uraian berikut akan dibahas tentang ukuran dan cara mengambil ukuran badan wanita yang telah penulis praktekkan dan bahas bersama para pengajar di program studi teknologi busana dan menjadi materi kuliah "konstruksi pola busana".

Ukuran-ukuran yang akan diuraikan di bawah ini akan digunakan sebagai pedoman dalam menggambar pola dasar wanita yang dikonstruksi dengan metode JHC Meyneke. sedangkan pola lengan menggunakan sistem dressmaking. Pola dasar rok pada umumnya hampir sama atau serupa untuk semua metode kon-stmksi pola, baik ukuran, cara mengukur maupun cara menggambarnya, sehingga pola rok yang akan ditampilkan di sini menggunakan kombinasi metode JHC Meyneke dan dressmaking.
Pada waktu mengambil ukuran, model atau orang yang diukur harus berdiri dengan sikap tegak lurus supaya ukuran yang diambil tepat. Sebelumnya ikatlah tali ban (peter ban) atau ban elastik kecil dengan lebar tidak lebih dari 2 cm pada pinggang sebagai batas badan atas dan bawah. Perhatikan benar agar letak tali tepat di tempatnya dan tidak berkelok-kelok.

  1. Lingkar leher (LL) diukur sekeliling batas leher bawah, dengan meletakkan jari telunjuk ditekuk leher atau diukur ditambah 1 cm.
  2. Lingkar badan (LB) diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, diukur pas ditambah 4 cm atau dengan menyelakan 4 jari.
  3. Lingkar pinggang (LPc) diukur sekeliling pinggang pas.
  4. Tinggi panggul (TPa) diukur dari bawah ban petar pinggang sampai batas panggul.
  5. Lingkar panggul (LPa) diukur sekeliling panggul atau badan bawah yang terbesar, diukur pas. kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.
  6. Panjang punggung (PP) diukur dari tulang leher belakang yang menonjol ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang.
  7. Lebar punggung (LP) diukur dari tulang leher be-lakang yang menonjol turun 9 cm lalu diukur datar dari batas lengan kiri sampai kanan.
  8. Panjang sisi (PS) diukur dengan menyelakan penggaris di bawah ketiak, kemudian diukur dari batas penggaris ke bawah sampai bawah ban petar pinggang dikurangi 2 sampai 3 cm.
  9. Panjang muka (PM) diukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang.
  10. Lebar muka (LM) diukur 5 cm di bawah lekuk leher tengah muka, lalu diukur datar dari batas lengan kiri sampai kanan.
  11. Tinggi dada (TD) diukur dari bawah ban petar pinggang tegak lurus ke atas sampai puncak buah dada.
  12. Lebar bahu (LB) Diukur dari lekuk leher di bahu atau bahu yang paling tinggi sampai titik bahu yang terendah atau paling ujung.
  13. Ukuran uji (UU) atau ukuran kontrol, diukur dari tengah muka di bawah ban petar serong melalui puncak buah dada ke puncak lengan terus serong ke belakang sampai tengah belakang pada bawah ban petar.
  14. Panjang rok muka, sisi dan belakang diukur dari bawah ban petar sampai panjang yang dikehendaki.
  15. Lingkar lubang lengan (LLL) diukur sekeliling lubang lengan; pas ditambah 2 cm untuk lubang lengan tanpa lengan dan di tambah 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan lengan.
  16. Panjang lengan pendek (PLPd) diukur dari puncak lengan ke bawah sampai ± 3 cm di atas siku. Panjang lengan panjang (PLP) diukur dari puncak lengan, ke bawah sampai pergelangan lengan ke bawah sampai ± 3 cm di atas siku.
  17. Panjang lengan panjang (PLP) diukur dari puncak lengan, ke bawah sampai pergelangan.
  18. Lingkar lengan panjang (LLP) lingkar pergelangan diukur melingkar pergelangan pas ditambah 3 cm.


Postingan Populer