Pengertian Busana Secara Luas dan Sempit, Busana Sebagai Alat Penunjang Komunikasi
Pengertian Busana
Maksud dari busana secara umum yaitu bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah di proses dengan cara di jahit maupun tidak dijahit sehingga dapat dipakai atau di sampirkan sebagai penutup tubuh kita. Misalnya kebaya, kain panjang, sarung, rok, blus, blazer, bebe, celana rok, celana panjang maupun pendek, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang (brassier) atau Buste Houder (BH). Secara luas Pengertian Busana sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, terkhusus di bidang busana yang mencakup aspek-aspek yang menyertai sebagai pelengkap pakaian itu sendiri. Termasuk dalam kelompok milineris (millineries) maupun aksesoris (accessories).
Dalam arti sempit busana dapat diartikan bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, bebe, celana panjang atau pendek, kemeja, singlet, BH (Bahasa Belanda), piyama dan daster.
Pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang kita pakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan meliputi :
a) Yang bersifat pokok seperti : kebaya dan kain panjang, sarung, rok, blus, blazer, bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang, BH, rok dalam, bebe dalam.
b) Aksesoris seperti sepatu (khususnya sepatu, sendal dan selop), kaos kaki, tas, topi, peci, selendang, kerudung, dasi, selendang, selendang, selendang, selendang, ikat pinggang, sarung tangan, payung, pakaian dalam.
c) Penambahan istilah seperti itu disebut lampiran.
Orang yang beradab tidak bisa lepas dari pakaian dalam kehidupan mereka. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia yang digunakan setiap hari sebagai alat untuk membantu kita berkomunikasi dengan orang lain. Busana dalam pendidikan pengasuhan merupakan salah satu bidang lain yang melibatkan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi.
Dari pengertian ilmiah “housekeeping” atau kesejahteraan keluarga, termasuk “sandang” atau sandang, atau yang disebut sandang atau sandang, yang secara luas dapat diartikan sebagai segala keperluan yang menutupi badan. Berbicara tentang pakaian berarti berbicara tentang bahan yang digunakan untuk membuat pakaian saat siap dibuat. Ilmu kesejahteraan keluarga karena berkaitan dengan pemilihan dan penyediaan pakaian. Karena memilih dan menyediakan pakaian itu berkaitan dengan ilmu, seni dan keterampilan.
Pakaian dalam arti luas meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kain, benang dan bahan yang melengkapi pakaian, serta pakaian yang digunakan seseorang untuk menutupi tubuh. Bidang ini memiliki desain dasar home linen, berbagai jenis home linen dengan embellishments yang berbeda (bordir, sulam, applique, applique payet, steamer, sablon, batik, lidah lompat, dll.), Termasuk pengetahuan dan praktik hiasan dinding dengan berbagai bahan. Dekorasi seperti aneka sulaman tangan dan sulaman.
Dari sudut pandang kehidupan masyarakat, sandang memberikan gambaran tentang tingkat sosial ekonomi. Selain itu, pakaian juga menunjukkan tingkat budaya masyarakat. Mode (fashion) mengacu pada preferensi individu, masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya tertentu, dan terutama preferensi mode.
Kebutuhan sandang seseorang atau kelompok ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan, perhatian terhadap sandang, kondisi ekonomi, dan evolusi mode dan perkembangan teknologi yang konstan. Menurut Dr. Koentjaraningrat merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan semesta. (1) pranata dan ritual keagamaan, (2) pranata dan organisasi sosial, (3) pranata pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, dan (6) pranata. (7) sistem dan peralatan teknis;
Dengan berkembangnya teknologi, salah satunya mempengaruhi pencapaian teknologi tekstil. Perkembangan teknologi terkait dengan pakaian jadi, yaitu teknologi pembuatan tekstil yang mempengaruhi perkembangan pakaian jadi. Soerjono Soekanto, SH, MA. Bagaimanapun, teknologi pada dasarnya mengandung setidaknya tujuh elemen. (1) alat kerajinan, (2) senjata, (3) wadah, (4) makanan dan minuman, (5) pakaian dan perhiasan, dan (6) lokasi. , hunian dan perumahan, dan (7) transportasi. Menurut Soerjono Soekanto, SH, MA. Pakaian (pakaian) tersebut di atas merupakan unsur teknologi. Untuk mewujudkan keberadaan bahan sandang, diperlukan teknologi pembuatan tekstil. Dalam penelitian difusi, Frans Boise (1858-1942), seorang tokoh sentral dalam aliran difusi Amerika, mengajukan konsep kelangsungan hidup marjinal. Konsep kelangsungan hidup marjinal adalah benih dari perkembangan konsep ruang budaya Clark Wisaler (1877-1947).
Ketertarikan terhadap pakaian sudah ada sejak lama, bahkan menyejajarkan budaya pada unsur material dan benda abstrak lainnya seperti alat pertanian dan alat transportasi, sistem organisasi dan sistem ekonomi. Sejak saat itu, orang telah bekerja menenun.Dengan kata lain, teknik pembuatan tekstil telah dipraktikkan selama 4.000 tahun.Berbagai produk bahan pakaian dengan berbagai jenis dan tekstur, warna, pola, dan motif kain berkembang dengan baik. teknologi tekstil untuk diproduksi Produk teknologi tekstil memfasilitasi munculnya berbagai model busana yang dibutuhkan oleh orang atau kelompok orang tertentu di lingkungan tertentu. Berbagai perusahaan fashion berkembang dari teknologi yang berkaitan dengan pakaian seperti: B. Pakaian, kembang gula, studio mode, atelier, butik, couturier.
Dalam hal agama, pakaian juga berkaitan dengan kehidupan keagamaan seperti upacara keagamaan. Dalam Islam, wanita atau wanita mengenakan pakaian muslim. Bahkan terkait busana muslimah, busana muslimah, pendidikan busana muslimah (formal dan informal), pendidikan busana muslimah, fashion designer busana muslimah, penjahit busana muslimah dan workshop, desainer busana muslimah, dan riset butik terus berkembang. baju muslim, toko baju muslim, fashion show, baju muslim.
Hakikat dan Fungsi Busana
Busana dalam kehidupan manusia pada intinya tidak bisa lepas dari manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya, secara realita selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kebudayaan bersifat akumulatif, yang mana maksudnya adalah makin lama bertambah kaya, karena manusia memiliki pemikiran yang selalu berkembang, bertambah maju, sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna serta bermanfaat bagi manusia lainnya.
Sebagaimana yang di utarakan oleh Prof. Drs. Harsojo, karena sifat-sifat dan kemampuan manusia di beri sebutan berbagai macam yaitu manusia sebagai homo sapiens (mahkluk biologis yang dapat berpikir), sebagai homo faber (makhluk yang panda membuat alat dan memanfaatkanny), sebagai homo laquens (makhluk yang dapat berbicara untuk melakukan komunikasi sosial), sebagai homo socialis (makhluk yang bisa hidup bermasyarakat), sebagai homo economicus (makhluk yang dapat mengorganisasikan segala usahanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya), sebagai homo religiousus (makhluk yang berpikir mengenai tempatnya di dunia dan menyadari akan adanya kekuatan gaib yang lebih tinggi), sebagai homo delegans (makhluk yang tidak selalu mengerjakan sendiri segala pekerjaannya, tetapi mampu membagikan tugas kepada yang lain), sebagai homo legatus (mahkluk yang diwariskan kebudayaan kepada generasi penerusnya).
Dalam keterkaitan manusia sebagai makhluk homo sapiens dan homo faber berkenaan dengan keberadaan busana, manusia dengan hasil pemikiran dan keterampilannya telah berupaya membuat busana pada masa tertentu.
Apabila dilihat dari perkembangan busana dari awal sampai sekarang, busana berkembang dari mulai yang paling sederhana, seperti dari daun-daun, kulit pohon kayu, kulit binatang yang diproses dengan alat yang sangat sederhana yang ada pada saat itu, atau dari kulit binatang, kulit kerang yang diuntai, yang saat itu belum ada pemi-kiran membuat kain dengan ditenun atau dirajut.
Selanjutnya, manusia sebagai makhluk homo faber ini terus menyempurna-kan busana yang sangat primitif, sederhana, dengan membuat busana atau bahan busana dari serat pohon atau bulu binatang yang diproses sedemikian rupa, misalnya dengan membuat alat tenun sederhana dan menenunnya menjadi kain. Kain itu kemudian dibuat busana dengan model yang sangat sederhana, sesuai dengan hasil pemikiran dan peralatan yang tersedia saat itu. Dengan hasil pemikiran manusia yang terus berkembang, ilmu pengetahuan dan teknologi juga lebih maju lagi, maka pembuatan busana pun mempergunakan alat teknologi yang lebih canggih lagi, sehingga manusia juga telah dapat membuat busana yang lebih bervariasi.
Kemajuan ini disebabkan manusia dikaji dari antropologi sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk yang berpikir atau disebut homo sapiens. Dari makhluk yang berpikir ini manusia salah satunya dapat membuat busana dengan alat-alat yang tersedia pada zamannya masing-masing, sehingga model busana berkembang dari mulai zaman prasejarah sampai dengan zaman modern sekarang ini. Makhluk yang pandai membuat dengan mempergunakan alat ini (homo faber) dapat memunculkan keberadaan busana untuk memenuhi kebutuhan manusia menutup badannya.
Kebutuhan busana di zaman primitif, di zaman prasejarah dan di zaman modern yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) tentu berbeda sesuai dengan kondisi alam dan manusia pada masanya. Busana sebagai kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan-kebutuhan primer, sekunder, dan tertier.
Sesuai dengan kebutuhan ini, pada awalnya sangat tergantung dari alam, maka fokus kegunaan busana dapat dikatakan merata, dalam arti untuk menutup aurat, melindungi badan agar tetap sehat, dan untuk penampilan yang serasi.
Sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan budaya yang datang dari perkembangan hasil pemikiran manusia yang di antaranya menghasilkan teknologi yang lebih tinggi, maka saat ini busana bukan hanya menutup aurat, melindungi kesehatan, tetapi sudah menambah fokus perhatiannya pada penampilan-nya, yang dengan kata lain orang telah memperhatikan tentang keserasian dari berbusana itu. Semua itu dipikirkan karena pada hakekatnya kegunaan busana sudah lebih meluas, yang tadinya hanya menutup aurat dan memelihara kesehatan, menjadi bertambah kegunaannya, yaitu dengan berbusana untuk tampil serasi, menjadi lebih cantik atau lebih tampan atau minimal kelihatan serasi.
Bentuk Dasar Ukuran Standar Busana
ilihat dari ras yang ada di dunia ini yang telah dikelompokan oleh Ralph Linton, A.L.Kralber, A.Hooten, Deniker, Kroeber bahwa manusia dikelompokkan menjadi tiga kelompok ras yang besar, yaitu caucasia (caucasoid), mongoloid, dan negroid. Pengertian ras yaitu konsepsi biologi yang memberikan batasan, persamaan tanda-tanda fisik yang sifatnya akan menurun. Tanda-tanda fisik yang menurun yang masih akan terlihat pada fisik suku-suku bangsa di dunia ini, terlihat pada bangsa-bangsa di setiap benua dan negara. Dari setiap benua itu relatif mempunyai ciri-ciri fisik tertentu, misalnya orang dari Asia berbeda dengan dari Amerika, Australia, dan Eropa, yaitu tubuh (badan) lebih pendek dan berhidung lebih pendek pula. Di dalamnya juga ada suku bangsa, atau ras yang mempunyai tanda fisik yang berbeda misalnya orang Indian dari Amerika, Negro dari Afrika, orang Irian, Maluku dari Indonesia.
Ciri-ciri fisik ini yang diturunkan dari kelompok tiga ras tadi secara empiris dapat dijadikan dasar untuk mengelompokan ukuran standar busana yaitu ukuran Large (L), Extra Large (EL), Medium (M) dan Small (S). Ukuran standar L, EL, M, S, pada bangsa-bangsa di Asia, Amerika, Australia, dan Eropa secara umum dapat erbeda, karena mempunyai bentuk tubuh yang berbeda. Jadi, dalam memproduksi busana hendaknya dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri fisik secara umum dari se-tiap bangsa di negara-negara tersebut, misalnya ukuran L, EL, M dan S di Indonesia akan berbeda dengan ukuran Standar (L, EL, M, S) di Amerika.
Fungsi Busana
Busana Sebagai Alat Pelindung
Mempertahankan diri dari berbagai tantangan alam, misalnya dari angin, panas, hujan, sengatan binatang dan sebagainya. Salah satu yang dapat dijadikan alat untuk dapat melindungi badan agar tetap sehat yaitu busana, apabila bahan, model, warna sesuai dengan iklim atau cuaca, kondisi lingkungan di mana busana itu dipergunakan. Dapat dicontohkan untuk daerah yang beriklim panas, kita harus dapat memilih bahan, warna, model yang tidak menyebabkan kita lebih kepanasan, misalnya dipilih bahan dari katun (batik, poplin, voile), model dengan kerah yang tidak menutup leher, lengan pendek dan warna yang muda. Dari segi keamanan diri, manusia melindungi dirinya dengan pakaian besi (di zaman Yunani dan Romawi), pakaian rompi anti peluru (digunakan oleh para kepala negara/pemerintahan dan para detektif), topi baja (helm baja) diperguna-kan oleh para serdadu di medan perang.
Busana yang dapat menunjang agar seseorang tetap sehat, yaitu :
- Bahan harus dipilih sesuai dengan iklim di mana busana itu dipakai, karena bahan pakaian mempunyai sifat yang berbeda.
- Model busana pun harus disesuaikan dengan iklim yaitu misalnya model-model busana yang berlengan panjang, dengan kerah tegak menutup leher akan lebih sesuai untuk dipergunakan di iklim yang dingin. Untuk daerah yang iklim panas sebaiknya dipilih model yang tidak menambah kepanasan bagi tubuh kita.
- Warna yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan iklim dan waktu pemakaian.
- Selanjutnya, yang sangat perlu diperhatikan adalah pemeliharaannya. Bagai-manapun serasinya, bagus atau indahnya busana, apalagi yang dipergunakan sehari-hari kalau kurang terpelihara dapat menimbulkan sakit.
- Waktu perlu diperhatikan dalam pemilihan, mempergunakan busana, karena kadang-kadang ada model-model busana yang sesuai dipergunakan hanya untuk siang atau malam hari.
Busana Sebagai Alat Penunjang Komunikasi
Seperti kita ketahui dalam komunikasi terdapat pernyataan antarmanusia. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (message) dari komunikator (communicator) kepada komunikan (communicant). Pada umumnya, salah satu yang dipakai pada waktu berkomunikasi itu adalah busana. Dengan demikian, busana dapat dikatakan sebagai salah satu alat penunjang yang dipergunakan dalam berkomunikasi. Agar busana dapat menjadi alat penunjang yang memadai dalam berkomunikasi, maka perlu diperhatikan beberapa hal :
(1) Kebersihan dan Kerapihan
Dengan busana yang rapi dan bersih, masyarakat disekeliling di mana busana dipakai akan mudah menerimanya karena busananya tidak berbau yang tidak enak, serasi dipandang, sehingga tidak mengganggu dalam per-gaulan.
(2) Kesopanan, Kesusilaan, atau Peradaban
Hal tersebut perlu diperhatikan, karena dengan berbusana yang so-pan, memenuhi kesusilaan, sesuai dengan peradaban, norma agama, sesuai dengan lingkungan setempat, sesuai dengan harapan masyarakat, sehingga cenderung akan dapat memudahkan seseorang untuk berkomunikasi.
(3) Keseragaman Busana
Berbusana yang sesuai dengan tata tertib setempat, misalnya ber-busana seragam akan dapat memudahkan berkomunikasi karena dia merasa tidak ada ganjalan dalam dirinya misalnya merasa takut dimarahi, malu tidak sama busananya dengan yang lain, takut dihukum, takut diketahui sebagai siswa yang melanggar tata tertib atau ada perasaan tidak percaya diri. Hal tersebut dapat mengganggu kelancaran berkomunikasi.
(4) Keserasian
Keserasian akan menimbulkan rasa kagum, enak bagi yang melihat-nya dan dapat menunjukkan status sosial seseorang serta dapat memper-lancar dalam berkomunikasi. Dapat dikemukakan contoh, bahwa orang akan lebih mudah diterima oleh seseorang atau lingkungan jika busananya serasi dari pada berbusana kumal, berbusana asal, tanpa memperhatikan keserasian model, warna dengan dirinya.
Jadi keserasian dalam berbusana sebagai salah satu yang harus diperhatikan agar dapat memperlancar seseorang untuk berkomunikasi.
(5) Busana Sebagai Alat Memperindah
Pada dasarnya bahwa manusia adalah mahluk yang senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah. Dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan sesuatu yang indah atau senang melihat yang indah.
Sebelum manusia mempergunakan bahan tekstil, manusia melumuri badannya dengan lumpur berwarna, menghias badannya dengan tattoo atau menutup badannya dengan rantai dari kerang, manik-manik, daun-daunan, kulit kayu yang dipukul-pukul. Selain dari pada itu mereka melubangi telinga atau hidungnya untuk menggantungkan perhiasan, menata rambut, kuku dan ber-make up. Semuanya itu bermaksud supaya lebih baik, cantik atau indah.
Setelah lebih berkembang pemikirannya, manusia mulai belajar menenun sehingga dapat menghasilkan bahan pakaian yang dinamakan tekstil. Dengan makin meningkatnya produksi tekstil pada setiap waktu, setiap orang dapat mempergunakannya dengan leluasa. Sebagai orang yang belajar Ilmu Kesejah-teraan Keluarga khususnya dan mempergunakan bahan umumnya diharapkan dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin, sehingga bahan tekstil atau busana ini dapat betul-betul berfungsi untuk dirinya.
Supaya busana ini dapat berfungsi untuk keindahan kalau seseorang terampil memilih warna, corak, dan model yang disesuaikan dengan pemakai, sehingga dengan busana itu dapat :
1) Menutupi Kekurangan Pada Tubuh Seseorang
Busana dapat berfungsi untuk menutupi kekurangan pada tubuhnya seperti orang yang gemuk agar tampak langsing perlu memilih model atau corak yang banyak menggunakan garis vertikal. Misalnya contoh gambar berikut ini.
Contoh lain bahu yang terlalu miring, dapat diperbaiki melalui busana yaitu dengan memakai bantalan bahu; pinggang yang terlalu atas (badan atas terlalu pendek) pilihlah model bebe tanpa sambungan pinggang tetapi bebe dengan model bawah pinggang; panggul yang terlalu besar, pilih-lah model rok yang tidak berkerut, lipit yang tidak terlalu banyak dan dijahit sampai di panggul, misalnya rok lipit hadap, rok lipit sungkup, rok suai.
2) Membuat Seseorang Lebih Cantik, Tampan.
Dengan pemilihan warna/corak, model yang sesuai dengan pemakai, juga perlengkapan busana yang sesuai dengan busananya, kesempatan pemakaian akan menambah seseorang lebih menarik, cantik atau tampan. Orang yang tadinya tidak tahu berbusana yang rapi, serasi kemudian dia sekarang punya pengetahuan dan mau mengaplikasikannya pada dirinya, maka seseorang itu dapat kelihatan lebih menarik cara berbusananya atau penampilannya dari pada biasanya.